18 Oktober 2013

Wahai Kerikil Batu

Wahai kerikil batu..
Duduk manis menunggu
Membeku

Wahai kerikil batu..
Bertahan kukuh
Berharap untuk direngkuh

Wahai kerikil batu..
Beranjaklah
Menjauhlah

Tapi kerikil batu..
Menguning
Dan berkurap

Tapi kerikil batu..
Bergeming
Tetap berharap

Kerikil batu..
Menggigil dalam seribu
Memanggil dalam semu

Tapi kerikil batu..
Tetap menunggu
dan merindu..
aroma hujan..

2 Oktober 2013

UTS selesai sudah! Mau kemana? Tinggal tunjuk. Karena UTS sudah lewat! wkwkwkwk :'D
*senenge talah -_-
Hwooosh~ semoga nilainya alhamdulillah yaa~ :D

jadwal UTS tampak depan :)


tampak belakang -_- ulahnya DIAN VIVI -_-

1 Oktober 2013

Senja tersenyum padaku..

Ini bukan mimpi. Ia tepat dihadapanku. Begitu dekat dan nyata. Bahkan aku bisa merasakan aroma mint disetiap kalimat yang ia ucapkan. Ia terlihat sama. Tak ada yang berubah darinya. Caranya tersenyum, caranya berbicara, caranya menatapku, caranya memunggungiku, caranya mengacuhkanku, caranya membetulkan kerah bajunya, caranya memainkan jari pada gadgetnya, semuanya! Masih terlihat sama. Setelah sekian lama tak ada kabar dan pesan. Kau benar-benar datang. Membawa harapan terbesarku yang sejak awal telah kau bawa. Ini kejutan besar! Bahkan kau masih mengingatnya. Bagaimana cara membuatku tertawa di saat sesulit ini. Kau masih mengingatnya. Dan kau melakukannya dengan sangat baik. Tepat seperti yang kuharapkan..

"Apa yang sering kau lakukan akhir-akhir ini?", kau tersenyum.
"Seperti biasa. Tak ada yang berubah"
"Masih seperti dulu?", kau mengernyit
"Tentu saja!"
"Yang benar saja? Kau masih suka ke tempat itu?"
"Apa maksudmu dengan 'yang benar saja' ? Tentu saja itu benar. Apa yang salah dari itu semua?"

Kau mendesah. Penuh penyesalan.

"Aku tak apa. Sungguh! Bahkan aku sangat bahagia. Memandang langit sore dari atas sana. Aku sangat menikmatinya.."

Kau menatapku nanar.

"Aku sudah bertekad, Kak. Aku akan menunggumu sampai kau tiba dengan membawa harapanku. Janji Kakak padaku 5 tahun lalu.. Kakak berjanji dihadapan sinar horizon senja itu. Aku benar-benar menunggu hingga Kakak kembali dan menyapaku dengan senyuman yang ada di hadapanku saat ini. Dan ternyata, kau benar-benar menepatinya.."

Angin menelisik. Membawa kabar bahagia ini kemana pun ia pergi. Senja yang ku nantikan selama ini benar-benar datang..

"Lelahkah menantiku, Ra?"
"Kau bercanda, Kak! Tentu saja tidak! Bagaimana mungkin aku lelah dengan senyuman senja itu?"
Kau tersenyum. Benar-benar tersenyum. Aku ingin membekukan senyuman itu!